Powered By Blogger

Welcome To Easy Blog

Blog ini adalah tugas mahasiswa fakultas ilmu komputer

Rabu, 23 Januari 2008

SENI MENATA HATI

Selama ini kita sering bingung mencari kunci menuju ikhlas yang dikatakan sebagai “jalan menuju kebahagiaan”. Itulah mengapa kita selalu merasa gagal dan men-derita. Hal inilah yang mendorong Erbe Sentanu (Nunu) lewat Katahati Institute, melakukan perenungan dan penelitian selama bertahun-tahun untuk menguak misteri ikhlas. la pun mengembangkan berbagai program transformasi diri untuk mengajak orang menemukan jati dirinya.Perjalanan Nunu di dunia spiritualitas ini kemudian dituangkan ke dalam sebuah buku berjudul Quantum Ikhlas. la menjabarkan konsep ikhlas ke dalam bahasa sehari-hari sehingga mudah dicerna. Yang menarik, ia juga memperkenalkan sebuah teknologi canggih untuk menemukan jalan pintas menuju ikhlas. Penasaran? Silakan akses ke: www.quantumikhlas.com.
‘Hati memiliki logika yang tidak mampu dipahami oleh akal pikiran.’
Blaise Pascal - ilmuwan abad ke-17
Belakangan ini berita-berita di koran atau televisi sungguh menyeramkan dan me-resahkan hati. Mulai dari kasus penganiayaan praja sebuah institut pendidikan, suami yang membunuh istrinya, sampai ibu yang tega meracuni anaknya sendiri, lalu dia bunuh diri. Apa yang sebenamya yang dialami oleh mereka itu, yang seolah kehilangan hati nurani?
SULIT MERASAKAN PERASAAN
Berbagai permasalahan dan ketidakbahagiaan manusia zaman sekarang bersumber dari emosi. Menurut Erbe Sentanu, pendiri lembaga transformasi diri Katahati Institute, salah satu penyebab adalah karena mereka membiarkan diri disetir oleh akal (olak) sehingga sulit memahami dan mengungkapkan emosi sendiri. Seperti kasus KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) yang dipicu oleh cemburu atau ledakan emosi marah. Sementara seorang ibu dilanda depresi karena terlalu sering memendam perasaan, sehingga ia pun bunuh diri dan tega membunuh anaknya sendiri.
Emosi selalu dianggap lemah dan cenderung diabaikan. Sejak kecil kita dididik di dalam sistem yang lebih mengutamakan IQ (kecerdasan otak) daripada EQ (kecerdasan emosi). Sementara dalam budaya Tiinur, kita diajarkan untuk ‘mengekang’ emosi, di mana pria tidak boleh menangis dan wanita harus pandai memendam perasaan.
Semakin dewasa, ruang ekspresi itu pun kian terbatas karena kita dituntut untuk lebih pandai mengendalikan emosi. Lama kelamaan, emosi kita pun menjadi semakin ‘lemah’. Bahkan wanita yang semula dianggap lebih berperasaan dibanding pria, semakin mirip pria yang sulit mengakui perasaannya.
Kehidupan yang super-sibuk dan ‘keras’ juga membuat wanita hams bersikap tegar. Sehingga tanpa sadar kita pun terbiasa menekan perasaan. Dan, ketika emosi sedang bergejolak, kita terbiasa mengalihkannya dengan membahas, ‘mengapa saya sedih, seharus-nyakah saya marah’. Dengan kata lain, kita lebih sering memikirkan (di kepala) perasaan ketimbang merasakannya (di dada).
MEMAHAMI EMOSI
Seperti halnya pikiran untuk dipikirkan, maka perasaan (emosi) untuk dirasakan. Selama ini kita cenderung menafsirkan kata ‘mengendalikan emosi’ dengan memendam atau mengekang emosi. Padahal sejatinya berasal dari emotion, dalam bahasa Inggris, ‘e’ kependekan dari electromagnetic, berarti gelombang elektromagnetik dan motion yang berarti gerakan. Jadi emosi adalah gelombang elektromagnetik yang bergerak di dalam tubuh kita.
Karenanya, emosi memiliki beberapa sifat, antara lain:
• Tarik-menarik. la akan menarik segala hal yang sama sifatnya. Maka, jika kita memulai hati dengan perasaan tidak enak, akan mengundang hal-hal yang tidak mengenakkan pula. Begitu pula kalau kita selalu merasa sedih, akan cenderung menarik sesuatu yang menyedihkan dan sulit menarik sesuatu yang bersifat bahagia.
• Selalu ingin bebas. Seperti sifat energi lainnya, emosi harus dilepas atau diekspresikan. Kalau tidak dilepaskan (supress), ia akan ‘bersembunyi’ di dalam bawah sadar kita dan terus aktif mencari celah untuk keluar. Manifestasinya bisa muncul dalam berbagai gangguan fisik (migrain, maag, kanker, stroke), psikis (stres, depresi), bahkan jiwa (psikopat).
KUNCINYA : IKHLAS
Kalau seorang pilot membutuhkan alat navigasi untuk mengendalikan pesawat sampai ke tujuan, maka emosi dirancang supercanggih oleh Tuhan untuk menuntun kita pada tujuan hidup, yaitu kebahagiaan.
Melalui emosi kita bisa mengetahui apakah kita masih berada di zona nafsu (yang diliputi berbagai emosi negatif, seperti marah, takut, cemas) atau sudah berada di zona ikhlas (diliputi oleh rasa nyaman, tenang, damai), di mana kita bisa menemukan kebahagiaan sejati.
Namun karena kurang paham menggunakan ‘instrumen’ tersebut (emosi), kita mudah lepas kendali dan terjebak di zona nafsu. Berbagai masalah timbul karena kita bertindak di saat hati masih dikuasai nafsu.
Mengendalikan emosi artinya bukan mengekang-nya, tapi justru melepaskannya. Namun yang dilepas-kan di sini adalah nafsu. Agar terbebas dari emosi, kita tidak boleh lari dari perasaan. Sebaliknya kita harus mau menerima dan menghadapinya dengan ikhlas. Kondisi ikhlas hanya dapat dirasakan ketika otak (pikir-an) dan hati (perasaan) berjalan selaras.
Berdasarkan studi, frekuensi otak, dan hati bisa bertemu pada gelombang alfa (bawah sadar) atau ketika tubuh dalam kondisi relaks seperti saat bermedi-tasi atau berzikir. Dalam kondisi ini kita harus ‘berdia-log’ dengan hati untuk merasakan semua sensasi emosi yang muncul. Jadi ketika kita sedang bersedih, jangan ditahan atau dihindari. Sambutlah perasaan itu apa adanya dan biarkan hati Anda menjerit atau menangis-lah sepuasnya sampai Anda merasa ‘plong’. Perasaan lega, tenang, dan damai inilah yang menandakan kita sudah merasa ikhlas.
Untuk melakukannya, mungkin awalnya sulit. Tapi kalau kita rajin melatih ‘otot’ ikhlas ini, lama-kelamaan akan semakin kuat dan bekerja secara otomatis. Jadi, apapun masalah Anda, pastikan hati Anda dalam posisi ikhlas sebelum melangkah. Dijamin segalanya terasa mudah dan hidup menjadi lebih happy.

Sumber : http://erbesentanu.com/2007/10/18/seni-menata-hati/

Selamat Jalan

Ahmed Hoosen Deedat lahir di daerah Surat, India, pada tahun 1981. Ia tidak dapat berkumpul dengan ayahnya sampai tahun 1926. Ayahnya adalah seorang penjahit yang karena profesinya hijrah berimigrasi ke afrika Selatan tidak lama setelah kelahiran Ahmed Deedat.
Tanpa Pendidikan formal dan untuk menghindar dari kemiskinan yang sangat pedih, Ahmed dedat pergi ke frika Selatan untuk dapat hidup bersama ayahnya pada tahun 1927. Perpisahan Deedat dengan ibunya pada tahun kepergiannya ke Afrika Selatan menyusul ayahnya adalah saat terakhir ia bertemu ibunya dalam keadaan hidup karena beliau meninggal beberapa bulan kemudian.
Di negri yang asing, seoran anak laki-laki kecil berusia 9 tahun tanpa berbekal pendidikan formal dan penguasaan bahasa Inggris mulai menyiapkan peran yang harus dimainkannya berpuluh-puluh tahun tanpa disadarinya.
Dengan ketekunannya dalam belajar, anak laki-laki kecil tersebut tidak hanya dapat mengatasi hambatan bahasa, tetapi juga unggul di sekolahnya. Kegemaran Deedat membaca menolongnya untuk mendapatkan promosi sampai ia menyelesaikan standar 6. Kurangnya biaya menyebabkan sekolahnya tertunda dan di awal usia 16 tahun untuk pertama kalinya ia bekerja dalam bidang retail (eceran).
Yang terpenting dari semua ini adalah pada tahun 1936 sewaktu ia bekerja pada took muslim di dekat sebuah sekolah menengah Kristen di pantai selatan Natal. Penghinaan yang tak henti-hentinya dari siswa misionaris menentang Islam selama kunjungan mereka ke took mananamkan keinginan yang membara pada diri anak muda tersebut untuk melakukan aksi penghentian propaganda mereka yang salah.
Sudah ditakdirkan, Ahmad Deedat menemukan sebuah buku berjudul Izharul-Haq yang berarti mengungkapkan kebenaran. Buku ini berisis teknik-teknik dan keberhasilan usaha-usaha umat Islam di India yang sangat besar dalam membalas gangguan misionaris Kristen selama penaklukan Inggris dan pemerintahn India. Secara khusus, ide untuk menangani debat telah berpengaruh besar dalam diri Ahmad Deedat.
Dibekali dengan semangat yang baru ditemukannya ini, Ahmad Deedat membeli Injil pertamanya dan mulai melakukan debat dan diskusi dengan siswa-siswa misionaris. Ketika mereka mundur tergesa-gesa tidak beraturan dalam menghadapi argument baliknya yang tajam, ia secara pribadi memanggil guru mereka dan bahkan pendeta-pendeta di daerah tersebut.
Keberhasilan-keberhasilan ini memacu Ahmad Deedat untuk berda’wah. Bahkan buah perkawinan, kelahiran anak, dan singgah sebentar selama tiga tahun ke Pakistan sesudah kemerdekaannya tidak mengurangi antusias atau keinginannya untuk membela Islam dari penyimpangan-penyimpangan yang memperdayakandari para misionaris Kristen. Hal inilah yang kemudian menjadikan Ahmad Deedat menjadi seorang ulama yang besar. Ia mendirikan As-Salam, sebuah institute untuk melatih para dai Islam. Beliau juga pernah menjabat sebagai presiden pada Islamic Propagation Centre International (IPCI). Penghargaan yang paling bersejarah adalah ketika ia mendapat penghargaan internsional dari Raja Faisal tahun 1986. Penghargaan ini merupakan penghargaan bergengsi yang sangat berharga dalam dunia Islam
Namun sang pencinta telah berkehendak memenggil Sang Kristolog pada 8-8-2005 yang lau pada usia 87 tahun. Namun pejuangannya tidaka sampai di situ karena beliau telah membangun beberpa institu demi melangsungkan perjuangannya. Selamt jalan menuju sisi-Nya.

Jumat, 18 Januari 2008

GERAM

Pada tanggal 17 Januari 2008 di salah satu universitas terkemuka di kawasan Indonesia Timur sekitar pukul 10:15 terlihat sekelompok mahasiswa yang sedang jalan beriringan. Di bagian depan terdapat spanduk yang bertuliskan “Segera realisasikan anggaran pendidikan sebesar 20%”. Di sisi yang lain terlihat beberapa mahasiswa (yang masih bagian dari kelompok tadi) membagikan selebaran kepada mahasisiwa yang lain.

Ini adalah salah satu gerakan mahasiswa yang mengatas namakan GERAM (Gerakan Rakyat Makassar), yang pada hari itu melakukan aksi di kampus mereka masing-masing. Aksi ini menolak disahkannya Rancangan Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan (RUU ). Mereka menolak RUU BHP ini, karena hal ini dianggap akan mengkomersilkan pendidikan di Indonesia dan akan mempersulit bagi orang-orang yang kurang mampu untuk mengecap pendidikan. Hanya orang-orang yang mempunyai uang yang mampu mengecap pendidikan. Lalu bagaimana dengan orang-orang yang kurang mampu? Lalu bagaimana dengan pemerintah apakah akan melepas kan tanggungjawabnya terhadap pendidikan bangsa kita ini?

Berikut adalah pernyataan sikap dari GERAM

GERAKAN RAKYAT MAKASSAR (GERAM) TOLAK BHP

Semua sendi kehidupan bangsa ini telah berantakan, sumber-sumber kehidupan telah digadai, manusia diperjualbelikan, pendidikn diperdagangkan, kita terancam lenyap dalam lupa ketidaktahuan. Jika tidak ingin bangsa ini punah dan menghilang, maka tak ada jalan lain selain mengambil langkah tegas : lawan segala kebijakan yang menyengsarakan rakyat.

Rancangan Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan (RUU BHP) yang recananya akan disahkan bulan ini (pernyataan Mentri Pendidikan di Harian Kompas) adalah salah satu bukti bahwa pemerintah hendak menjual pendidikan kepada pihak asing. RUU BHP sama sekali bukan untuk memperbaiki pendidikan kita yang carut marut, juga bukan kerena pemerintah tidak mampu membiayai kebutuhan anggaran pendidikan, melainkan pemerintah telah meratifikasi General Agreement On Trade and Service (GATS) atau perjanjian yang mengharuskan sektor publik termasuk pendidikan diliberalisasi.

RUU BHP ini tidak lahir begitu saja, peraturan pemerintah (PP) No. 60 dan 61 Tahu 1999 Tentang Badan Hukum Milik Negara adalah bentuk awal dari komersialisasi pendidikan. Lalu Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidkan Nasional menjadi landasan lahirnya RUU BHP.

Sebelum RUU BHP terlanjur disahkan sebelum masa depan pendidikan kita benar-benar terjual, kami yang menghimpun diri dalam Gerakan Rakyat Makassar Tolak Badan Hukum Pendidikan (GERAM TOLAK BHP) bergabung bersama kami dan menyatakan tegas :

· Tolak RUU BHP
· Revisi pasal 53 UU Sisdiknas
· Segera Realisasikan Anggaran pendidikan Minimal 20% dari APBN dan APBD
· Hapus Utang Luar Negri dan Nasionalisasi Sektor Pertambangan untuk subsidi Pendidkan


Sumber : Selebaran Geram

Senin, 14 Januari 2008

Kartun


Pernakah anda merasa risih ketika adik anda atau teman anda menggangu anda ketika menonton tv? Hal ini bisa dialami oleh siapa saja. Ketika kita sedang asyik menonton tv tiba-tiba adik anda atau teman anda mengganti chanel program yang sedang anda tonton. Dan anda bertambah jengkel ketika anda tahu bahwa adik/teman anda itu menggantinya dengan program anak-anak (film kartun). Bagi anak-anak hal ini mungkin bagi anda (selaku orang yang leibh tua) akan memaklumi hal tersebut. Tapi bagi anda (orang dewasa), anda akan menganggap aneh hal tersebut jikalau hal tersebut dilakukan oleh orang yang sebaya anda atau bahkan orang yang lebih tua dari anda.

Apakah sikap seperti itu kekanak-kanakan? Setiap manusia mempunyai sifat kekanak-kanakan. Bahkan sifat ini biasanya terbawa sampai tua. Misalnya manja, cengeng dan sebagainya.

Film kartun dibuat untuk dikonsumsi oleh anak-anak, setiap karakter pada film kartu dibuat sedemikian mingkin agar anak-anak dapat dengan mudah mengingatnya. Tetapi di beberapa negara berkembang belakangan ini, film kartun dibuat buksn saja untuk konsumsi anak-anak tetapi sudah mencakup pasaran orang dewasa, Contohnya saja di Jepang, film kartun Sinchan memang dibuat untuk komsumsi orang dewasa sebagai pelepa penat atas rutinitas kerjas seharian. Karakter utama sengaja dibuat sebagai seorang anak kecil yang nakal. Hal ini dimaksudkan jika orang dewasa menonton tanyangan ini, selain terhibur mereka juga akan teringat bahwa keluarga merupakan suatu hal yang sangat berharga.

Namun hal yang paling penting yang perlu kita ketahui bahwa, setiap film yang sasaran konsumsinya adalah anak-anak, baik itu film kaartun; animasi;ataupun acara anak lainnya, bukanlah anak-anak yang membuatnya/memproduksinya, melainkan orang dewasa.

Dari hal di atas kita harus menyikapinya sendiri. Apakah kita ataupun orang lain menyukai/membuat film kartun atau acara anak-anak karena hobi, komersial atau memeng sifat kekanak-kanakan kita yang tidak bisa kita kendalikan?


Hal yang Terindah di Dunia












Seorang mahasiswa pecinta alam (Mapala) selalu megagumi akan indah sebuah panorama alam. Seorang pujangga betapa indahnya rangkaian kata-kata yang terdapat pada suatu puisi. Seorang model mengagumi busana hasol rancangan seorang designer.

Hal di atas adalah secuil kekaguman manusia atas benda-benda yang diciptakan manusia itu sendiri. Dari semua hal (manusia, hewan, tunbuh-tumbuhan) yang pernah kita pandangi atau sentuh selama kita hidup di dunia ini, kita akan mengasumsikan sebuah sifat akan hal tersebut. Asumsi tersebut dapat berbentuk negatif atau positif. Asumsi itu akan muncul ketika kita mengalami sesuatu dengan benda tersebut (interaksi).

Misalnya seorang anak yang sedang makan, ketika ia makan tanpa sengaja ia mengunyah dan menelan cabe rawit. Pada saat terjadi interaksi antara sang anak dan cabe rawit tadi maka akan timbul suatu asumsi oleh si anak bahwa cabe rawit itu tidak baik, karena akan membuat mulut terasa panas (pedas). Ini menandakan bahwa sang anak telah mengasumsikan negatif terhadap cabe rawit dan ini menjadikan hal tersebut sesuatu hal yang tidak indah dalam hidupnya. Dan asumsi itu bisa terbawa oleh sang anak hingga dewasa. Di lain sisi seorang anak juga menelan cabe rawit tetapi sang anak mengasumsikan lain mengenai hal yang dirasakannya dan ini menjadikan hal tersebut sesuatu hal yang indah dalam hidupnya. Sang anak mengasumsikan bahwa rasa pedas yang ia rasakan sangat menyenangkan dan menantang. Hal ini mendeskripsikan bahwa sang anak berasumsi positif terhadap cabe rawit. Dan hal ini terbawa hingga ia menjadi dewasa.

Dari hal di atas kita dapat menarik sebuah hikma dari suatu perisriwa tentang interaksi seorang anak terhadap cabe rawit. Cabe rawit pada dasarnya merupakan suatu tumbuhan yang biasa dipakai sebagai bumbu masakan. Pada hakekatnya cabe rawit memiliki rasa yang menyengat di mulut yaitu rasa panas (pedas). Sehingga orang-orang yang berinteraksi dengan rasa cabe rawit tersebut akan mencari penetralisir berupa air dan sebagainya untuk menghilangkan rasa pedas tadi.

Namun dari rasa pedas tadi tidak semua orang berhenti melahap makanan yang terasa pedas. Pada saat makan makanan yang pedas orang memang memerlukan penetralisir untuk mengurangi/menghilangkan rasa pedas tersebut. Namun setelah itu mereka akan melahap lagi makanan yang pedas tadi.